Filosofi Subuh

Filosofi Subuh, sumber: kompascom

Hamdalah, puji syukur, dan terima kasih untuk orang-orang yang dikasihi. Dua kebahagiaan sekaligus yang menjadi doa orang tua dan cita-cita diri. Pertama, mendapatkan kepastian tentang hari ini. Karena masa depan, takdirnya hanya sebatas rencana. Sesuatu yang sepenuhnya ada di tangan Allah. Namun, hari ini takdirnya, kepastian itu setidaknya dipegang. Kedua, draft buku yang telah disusun sejak 2018 telah dikirim ke penerbit. Ini juga takdir, namun takdir selanjutnya, belum menjadi bagian yang dimiliki.

Bicara tentang takdir, karya tulisan opini yang dikirim ke media massa hampir rata-rata ditulis pada saat subuh, khususnya setelah sholat subuh. Artinya rezeki itu diproses dan dimulai pada saat sebelum fajar. Qodarullah, meminjam Bahasa teman-teman, ternyata yang diproses saat subuh itu selalu bersambut baik dan diterbitkan oleh media massa.

Sejak saya sekolah, sebenarnya shubuh itu menjadi bagian dari kehidupan sadar. Bukan kehidupan mimpi. Subuh telah terjaga untuk menyambut fajar, bukan memimpikan fajar. Bukan hanya soal kesehatan, tapi soal keteraturan hidup secara makro ada dalam waktu-waktu subuh. Maka wajar, salah satu jam-jam istimewa dalam Islam itu ada di sepertiganya malam, yaaa Subuh itu.

Namun sayang dan entah kenapa, sepertinya saya menyalahkan keadaan, sampai subuh selalu menjadi mimpi. Sulit kuraih jika subuh menjadi kehidupan sadar. Sampai akhirnya ingin sekali kutulis “Filosofi Subuh” untuk mengistikomahkan berkarya sekaligus beribadah.

Walaupun telah ada beberapa buku yang menulis tentang subuh, tapi sebagai professional yang hidup di kampus, ingin sekali punya kontribusi untuk masyarakat luas. Tidak hanya untuk kampus saja yang menulis untuk keperluan-keperluan professional. Karena sesungguhnya, manusia yang baik di mata Allah adalah manusia yang bermanfaat untuk sesamanya. Daaan itu belum kesampaian. Semoga catatan kecil ini menjadi do’a.

Saat subuh, banyak hal yang bisa kita lakukan. Dan yang paling terasa membedakan antara subuh dan tidak subuh adalah keteraturan hidup, jadwal menjadi teratur, pekerjaan lebih bisa dipersiapkan, beribadah bisa ada plus-plusnya. Jika fajar masih belum bisa saya sambut saat subuh, maka banyak hal yang tertinggal dan hidup menjadi lebih terburu-buru, tidak tenang, walaupun pekerjaan masih bisa dilakukan. Namun tidak dipersiapkan dengan baik. Jadi dalam subuh selain ada akhirat, dunia juga tercapai.

Artinya, subuh bisa menceritakan banyak hal. Bahkan, jika bicara tentang sejarah Kemerdekaan, subuh menjadi sangat Istimewa karena dimanfaatkan untuk merebut Kemerdekaan. Subuh juga adalah waktu terbaik untuk memasukkan energi positif sekaligus udara yang bersih ke dalam tubuh kita. Subuh, menjadi kehidupan berharga bagi mereka yang bermatapencaharian di Pasar.

Bahkan, saat saya tinggal dan bekerja di suatu desa pegunung di Garut. Subuh adalah pemandangan terindah yang pernah saya dapatkan. Beriringan dengan kabut, orang-orang desa dengan jaket tebalnya telah berangkat ke kebun, gunung, dan sawah. Saat saya tinggal pertama kali di Bandung untuk kuliah, subuh adalah pemadangan yang indah karena saat orang-orang terlelap, justeru mereka mulai menggelar lapak-lapaknya untuk berjualan. Menyediakan kebutuhan pangan mereka yang sedang bermimpi. Bermimpi senyatanya.

Menulis Filosofi Subuh bisa saya mulai dari mana? Dari cerita-cerita sehari-hari yang bersifat induktif? Atau dari satu ayat Tuhan yang bersifat deduktif? Kedua-duanya bisa. Bisa jadi ini juga menginspirasi penulis lain yang mengais rezeki dari subuh sekaligus dari tulisan. Jika betul-betul menginspirasi mudah-mudahan ini menjadi energi untuk merealisasikan lembar-demi lembar naskahnya hingga menjadi draft.

Karena, satu draft buku telah ada di tangan penerbit. Mudah-mudahan menjadi booster untuk berkarya lagi, bukan hanya buku akademik, tapi buku yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Sekaligus menguji konsistensi saya sebagai manusia yang lemah, yang harus meminta selalu meminta kekuatan kepada Tuhan sekaligus arahan, setelah subuh apa yang harus dilakukan?

Oke, setelah menulis catatan ini semoga besok dan besok, ada lembar tambahan yang saya catat dalam layar komputer ini….

Amin.

 

 

 

abahraka
abahraka abahraka adalah nama pena (media sosial) dari Dudi Rustandi: penulis kolom opini, essai, perjalanan, dan buku.

Post a Comment for "Filosofi Subuh"