Ramadhan, Preman Pensiun, dan Para Pencari Tuhan



[abahraka.com] Salah satu ciri khas pada bulan Ramadhan adalah suasana sehari-hari yang tiba-tiba berubah 180 derajat. Baik karena perasaan karena sedang berpuasa ataupun karena fakta, setiap jam 3 subuh kurang sudah ada anak remaja yang membangunkan sahur juga toa masjid yang turut membangunkan. Pada sore hari juga suasana tidak seperti biasa, karena mulai jam tiga atau empat jalanan dipenuhi warga yang berjualan.

Serupa tapi tidak sama, televisi juga dipenuhi oleh program-program ramadhan. Sejak dua minggu sebelum ramadhan, iklan-iklan televisi telah menggunakan tagline ramadhan. Beberapa produk menggunakan iklan Ramadhan baru. Begitu juga dengan acaranya yang cukup banyak memberikan sentuhan ramadhan. Program-program tersebut tersebar ke dalam sejumlah program baik yang lama dengan sentuhan Ramadhan ataupun program yang sengaja karena momentum Ramadhan.

Salah satu program khas Ramadhan yang hanya muncul pada bulan Ramadhan misalnya program kultum menjelang adzan magrib, program sahur, termasuk juga program hiburan. Salah satunya adalah sinetron Ramadhan. Salah satu televisi swasta, selalu menayangkan sinetron Ramadhan tersebut hanya pada bulan Ramadhan saja, seperti Sinetron Para Pencari Tuhan (PPT) yang telah masuk jilid 14. Artinya bahwa sinetron tersebut telah masuk pada tahun ke-14.

Saya sendiri, selalu suka dengan sinetron tersebut, bahkan bisa dibilang menjadi langganan sejak sebelum berkeluarga seperti sekarang. Mulai saat sosok Jack tinggal di masjid, dengan pemeran pendukung zaskia, trio Bajaj, tora sudiro, sampai sekarang, dengna pemeran pendukung produser sinetron.

Sinetron harus tetap Rasional

Namun, sejak beberapa episode belakangan, khususnya saat telah pindah ke kampung atas. Ceritanya terlalu cenderung menjadi tidak masuk akal. Salah satunya adalah, saat H. Jalal menjadi orang kaya tapi diceritakan apa yang menjadi bisnisnya. Bahkan, saat jatuh miskin karena ditipi dan tiba-tiba kaya lagi, tidak diceritakan prosesnya.


Walaupun sinetron, bebas-bebas saja berimajinasi, karena memang faktanya adalah fiksi. Tapi sebagai penonton, proses rasionalisasi itu sepertinya tetap diperlukan. Atau tiba-tiba, dalam waktu yang relatif singkat, sosok Jack menjadi pemain sinetron pujaan bahkan menjadi sosok panutan dan dielu-elukan dalam sinetronnya tersebut.


Walaupun jack tersebut ciptaan dari produsernya sendiri yaitu dia sendiri, Deddy Mizwar, tapi semakin ke sini, semakin merasa, bahwa sinetron ini sedang membangun ketokohannya sendiri, atau cenderung mengkultuskan diri sebagai tokoh religious yang diperankan dalam sinetron tersebut. Sekali lagi sah-sah saja, namun menjadi catatan bagi penonton bahwa lompatan-lompatan yang prosesnya terlalu instan tersebut tidak memiliki basis rasionalisasi yang ajeg.


Maka ya, wajar jika sinetron ini, ratingnya di luar 10 besar. PPT sebelumnya, jilid 12 pernah merangsek ke posisi ke-6. Akan tetapi itupun bukan karena isu religiusitasnya, tetapi karena kisah cintanya yang menjadi bumbu utama.


Salah satu sinetron lain yang tayang pada jam yang sama, yaitu saat sahur yaitu preman pensiun 5. Sinetron ini, walaupun bukan sinetron Ramadhan, namun pada jilid 5 ini  tayangnya saat sahur. Sehingga jika kebetulan anak-anak tidak memilih tayangan tv pada saat sahur, maka saya memilih salah satunya. Tetapi ternyata, magnetnya lebih kuat Preman Pensiun 5.


Alasan Preman Pensiun Masuk TOP Rating.

Beberapa alasan kenapa lebih memilih Preman Pensiun 5 (PP), bukan karena saya orang sunda dan konteks sosial budayanya seritme dengan alam budaya saya sebagai orang sunda. Pertama, Natural. Sinetron ini terasa lebih natural, baik ceritanya ataupun para pemainnya. Sosok preman sangat terasa bahwa mereka berasal dari kalangan mereka sendiri. Walaupun tentu saja mereka juga bukan preman asli (kalo tidak salah ada yang berasal dari preman asli ya).


Kenaturalan juga diperlihatkan oleh PP dari sisi pemain. PP tidak menampilkan tokoh-tokoh artis Ibu kota, sedangkan PP sejak beberapa tahun selalu ada sentuhan dari artis ibu kota.


Kedua, ceritanya cenderung masuk akal. Dengan proses yang tidak instan, dan bersambung dari jilid sebelumnya tayangan sinetron ini cenderung masuk akal jika dibandingkan dengan misalnya Para Pencari Tuhan. Misalnya saat Kang Mus memilih untuk bisnis kicimpring, agar bisa sukses dan diterima pasar diceritakan terlebih dahulu susahnya, kesulitan bisnis ini diceritakan dalam Preman Pensiun Jilid 4.


Ketiga, proses. Selain ceritanya, prosesnya juga tidak instan, seakan-akan bahwa ini nyata.


Keempat, Fokus. Perbedaan fokus mungkin yang membedakan rasa antara PPT 14 dan PP 5. Walaupun ada cerita-cerita yang tidak ada prosesnya, seperti Junaidi tiba-tiba menjadi pengusaha cafe, padahal sebelumnya mencari kerja sulit. Akan tetapi tidak menjadi focus dari PP. Berbeda dengan PPT, misalnya saat Maing dan Viral diberi modal, tanpa proses yang rumit dan Panjang, cafenya maju. Dan ini menjadi fokus, khususnya pada PPT 13.  


Oleh karena itu wajar, dengan beberapa alasan tersebut, PPT 14 khususnya jatuh ratingnya, justeru PP bertengger pada posisi TOP rating. Ini bisa jadi dari beberapa alasan tersebut sangat berdampak terhadap rating tersebut.


Tentu saja ini hanya penilaian sederhana dari yang nonpemerhati sinema, lebih kepada perspektif sebagai penonton kritis saja, mungkin. Semoga bermanfaat.***[]

Post a Comment for "Ramadhan, Preman Pensiun, dan Para Pencari Tuhan"