'From Borneo To Bloomberg' Like A Power Bank
[abahraka.com] - Membayangkan sebuah buku
autobiography, tergambar ukuran ideal dengan ukuran A4 kurang dan ketebalan
mencapai 300 halaman lebih. Selain ukuran dan ketebalan, isinya juga sangat
padat. Buku “Alex Perguson, managing my life” ketebalannya mencapai 477 halaman
dengan ukuran 24×16.
Namun, saat buku karya Iwan
Sunito hadiran di hadapan penulis, sungguh jauh dari perkiraan. Dengan ukuran
pas di tangan dan ketebalan rata-rata, buku ini menjungkirbalikan mainstream
buku autobiografi. Apalagi jika sekilas hanya membuka-buka halaman, khususnya
ketika CEO Crown Grup ini berbagi prinsip sukses. Jangan berharap jika pembaca
akan mendapatkan gambaran utuh bagaimana kisah sukses itu dinarasikan dengan
sempurna oleh lelaki kelahiran Surabaya tersebut.
Wajar jika Hendromasto, pembedah
buku #FromBorneToBloomberg mengatakan, “Selalu ada yang tertinggal dari sebuah
autobiografi”. Sebuah buku autobiografy tidak akan memberikan gambaran yang
sempurna tentang dirinya sendiri.
Apalagi dengan narasi melalui
halaman mini, itu pun hanya tercover 12 halaman plus tambahan beberapa halaman
foto. Tentu sangat jauh dari kesempurnaan. Kita sama sekali tidak akan
mendapatkan gambaran utuh apalagi sempurna dari salah satu sosok ‘penguasa’
real estate di Australia ini.
Tapi...
Saat saya merenungi prinsip
pertama yang ditawarkan lelaki kelahiran Surabaya ini, pikiran saya terbawa ke
dalam sebuah buku Best Seller yang
pernah saya baca beberapa tahun silam, The
Seven Habits of Highly Effective People karya Steven R. Covey, seorang
motivator kepemimpinan kelas Dunia.
Salah satu kebiasaan manusia yang
efektif menurut Covey adalah “Begin with the End in Mind”. Prinsip “Start With
The End” yang ditulis Ketua Asosiasi Pengusaha peduli Tsunami Aceh tahun 2006
ini mengingatkan kembali tentang pentingnya tujuan, tentang pentingnya hasil
akhir. Namun, bagi saya, prinsip pertama yang ditawarkan #FromBorneoToBloomberg
Iwan selangkah lebih maju, lebih strategis. Ia tidak hanya berada dalam
pikiran, tetapi sudah berpijak dalam kenyataan.
Dalam konteks inilah kekurangan
ini disempurnakan oleh Iwan, melalui pemadatan makna dalam setiap tulisannya.
Walaupun saat membuka lembaran-lembaran buku ini, Iwan cenderung ‘pelit’ dalam
memberikan narasi perjalanan hidupnya. Namun ia memadatkan makna perjalanan
hidupnya melalui kebijakan-kebijakan pengalamannya. Ia memulai tujuan akhir itu
bukan lagi dalam pikiran, tetapi dalam langkah nyata. Tujuan akhir itu bisa
tercapai jika kita memulainya dengan langkah pertama. Seperti yang ditulisnya:
“Success is not a destination but
a journey. The first step in our life is to decide where we want to go”
Namun demikian, langkah itu tidak
memiliki arti apa-apa jika tidak memiliki navaigasi. Navigasi itu adalah mimpi
dan visi. Ia menulis “Your vision and dream have power. Your dream and vision
will act like navigators. They Will Remind you are taking the wrong turn. They
will help you get to your destination faster.”
Setelah membaca prinsip pertama
inilah, saya merasakan kekuatan nyata buku ini. Seperti POWER BANK, buku ini
mengalirkan ‘listrik’ yang mampu menyalakan kembali kekosongan visi. Prinsip
pertama ini seakan mengingatkan saya kembali tentang visi, tujuan, keinginan
yang harus saya capai dalam beberapa tahun ke depan. Mengingatkan kembali
masa-masa waktu mahasiswa, masa-masa jomblo, masa-masa labil, bahwa buku
menjadi satu-satunya teman hidup yang dapat melecut ketidakbergairahan.
“Beruntung saya menghadiri Bedah buku ini, selain mendapatkan buku yang menjadi
‘power bank’ baru buat saya, juga mendapatkan Power Bank beneran, Power Bank
dengan merek Merk ‘Crown’, Property Corporate yang dinakhodai pemenang
Entrepreneur Award pada Kongres Diaspora Indonesia.
Ini menjadi alasan utama, kenapa
buku ini menjadi layak baca. Buku #FromBorneoToBloomberg diibaratkan sebagai
Power Bank. Yang dibutuhkan oleh setiap gadget addict, dibutuhkan oleh mereka
yang memperiotaskan komunukasi melalui sarana teknologi tinggi. Melawan
mainstream buku autobiografi, yang tebal, lebar, besar dan berat. Buku ini pas
di tangan, seperti halnya buku saku. Mudah dibawa kemana-mana, saat ingin
menyelami perjalanan sang Penulis pun tidak perlu satu-persatu kata dijelajahi
karena sudah focus pada inti setiap halamannya.
Hingga pada lembaran terakhir
buku ini, seolah men-charger diri saya yang terjebak pada rutinitas
hidup, untuk kembali dinamis dalam mengarunginya, #FromBorneoToBloomberg
Like a Power Bank
Bukan sekedar Autobiografi
Bagi saya, buku ini bukan sekedar
biografi. Percikan pengalamannya betul-betul kaya makna akan hidup. Bagaimana
meraih sukses, tidak hanya cukup mimpi, visi, strategi. Bagi Iwan, menjadi baik
saja tidak cukup menjadi orang sukses, tetapi orang-orang hebat sudah pasti
sukses. Salah satu ciri yang membedakan orang baik dengan orang hebat tertumpu pada
komitmen dan sikap. Percikan-percikan pengalaman seperti yang diutarakan
pemenang Ernst & Young Entrepreneur inilah yang menjadi penyempurna buku
ini.
Melalui percikan pengalamannya
kita tahu bagaimana prinsip sukses Sang Penulis dilalui bukan hanya oleh kerja
keras, tapi juga kerca cerdas.
Melalui buku yang ditulis dalam
waktu 10 hari ini, Iwan mengungkapkan banyak hal yang terkait dengan prinsip
suksesnya. Selain bicara Visi dan mimpi (include dalam prinsip #1), ia juga
bicara peta hidup, pentingnya pengetahuan, pentingya ikhtiar,
pentingnya strategi (include dalam prinsip #2), pentingnya inovasi dan memilih
orang yang layak menjadi pemimpin (include dalam prinsip #3).
Namun, harus dicatat, walaupun
kepemimpinan menunjang sukses kita, kesuksesan hanya akan bisa diraih jika kita
mengikuti suara hati kita, motivasi yang berangkat dari dalam diri sendiri. Ia
juga mengingatkan tentang pentingnya Passion. “Successful are people who are
clear about where they want to go from the inside out.” Tulis Iwan.
Campur Tangan Tuhan
Hidup di belahan budaya Barat,
tidak lantas membuatnya tenggelan dalam hedonism. Apa yang telah diraihnya
selama ini tidak bisa dipisahkan dari campur tangan Tuhan. Kesuksesan Iwan
dibarengi dengan sikap religious dalam menghadapi dunia. Dunia bisa diraih jika
bisa mendekatkan diri dengan Tuhan. Bagi Iwan, kesuksesan itu bukan karena diri
sendiri, tetapi karena ada campur tangan iman dalam diri. Tuhan turut campur
melalui ikhtiar yang dilakukannya.
“You Cannot judge your Future by
what has happened to you in the past. Your Faith is the substance your Future”
“God Will never allow
difficulty to come to you without a divine purpose”
Sebagai seorang yang melibatkan
iman dalam melakukan ikhtiar dunianya, ia juga dekat dengan pengkhotbah. Tercermin
dari kutipannya dari seorang pendeta yang banyak pengikutnya, Reinhard Bonnke.
“God always works with workers and moves with movers, but He does not sit with
sitters.
Agar fungsi ‘power bank’ buku ini
bisa mengalirkan ‘listrik’ ke dalam jiwa kita, baiknya buka lembar perlembar
buku ini. Kecil tapi mampu menyalakan ‘jiwa’ labil. #FromBorneoToBloomberg Like
a Power Bank!***[]
INFO Buku
Judul :
From Borneo To Bloomberg, A Combeback Story and 13 Principles For Succes
Penulis : Iwan Sunito
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2014
Jumlah Hlm : 268
Bahasa : Inggris
Post a Comment for "'From Borneo To Bloomberg' Like A Power Bank"
Terima kasih telah berkunjung, tunggu kunjungan balik saya ya...