Memilih Perguruan Tinggi di Era MEA
sumber gambar: indonesiafreak |
Wilayah ASEAN menjadi wilayah yang saling terbuka satu sama lain. Tidak ada lagi sekat dan batas antar negara. Selain bebas bepergian tanpa memerlukan visa, setiap negara ASEAN juga bebas memilih pekerjaan sesuai dengan keahliannya di negara-negara yang diinginkan.
Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara terbesar di wilayah ASEAN menjadi pasar bebas tenaga kerja karena setiap negara anggota bisa bekerja dan tinggal di Indonesia. Bahkan berdasarkan informasi, orang asing kini bisa dengan bebas memiliki asset tanah dan bangunan untuk ditinggali. Sehingga peluang warga negara tetangga untuk bermukim dan bekerja di Indonesia semakin terbuka.
Lantas bagaimana dengan masyarakat Indonesia sendiri? Apakah sudah siap untuk memilih tinggal dan bekerja di negara anggota ASEAN yang lain? Sudahkah membekali diri dengan sejumlah keahlian yang dibutuhkan oleh dunia kerja di era milenial ini.
Pertanyaan tersebut sangat mendasar jika ingin survive dan eksis di era keterbukaan milenial ini. Kerena competitor kita bukan hanya teman, tetangga, atau sesama alumni dari perguruan tinggi yang sama, tapi juga dari jurusan yang sama dari perguruan tinggi lain dengan negara yang berbeda.
Nah, untuk mempersiapkan diri agar bisa bersaing dengan warga milenial lainnya, ada beberapa tips yang bisa dijadikan pijakan saat kita memilih tempat kuliah, yaitu:
- Pilih kampus yang memiliki kurikulum yang sudah berbasis Kerangka KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Melalui kurikulum KKNI tersebut, kampus sudah melakukan standarisasi dengan kurikulum yang bisa bersaing dengan kurikulum luar. Melalui kurikulum ini, mahasiswa akan dibekali berbagai keahlian sesuai dengan program studi yang dipilihnya. Beberapa perguruan tinggi kini sedang menyesuaikan dengan kurikulum KKNI. Jika tidak ingin ragu terhadap kampus yang sudah menggunakan kurikulum berbasis KKNI bisa langsung memilih pendidikan vokasional atau pendidikan berbasis keahlian berkarya, yang menekankan pada keahlian sesuai dengan bidang kajian/ studinya.
- Kurikulum sesuai dengan dunia kerja. Dunia kerja sekarang membutuhkan lulusan yang siap pakai sehingga tidak perlu repot-repot lagi menyekolahkan/ mendidik/ atau memberi training yang bersifat keterampilan kepada karyawannya, karena karyawan tersebut telah memiliki keterampilan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Ini juga menjadi salah satu ciri dari KKNI, yaitu ada kesesuaian dengan dunia kerja atau dengan kata lain Link & Match dengan dunia usaha dan industri.
- Memiliki koneksi yang luas dengan perusahaan. Jika goal akhir dari kuliah adalah bekerja. Maka kampus tempat kita kuliah harus memiliki koneksi yang luas dengan perusahaan agar mudah dalam penempatan kerja. Dengan keterampilan yang kita miliki, perusahaan akan memprioritaskan lulusan dari perguruan tinggi yang telah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi tersebut.
- Lulusan tersertifikasi. Salah satu ciri mahasiswa lulusan perguruan tinggi yang dapat bersaing dengan perguruan tinggi lain, baik dalam negeri ataupun luar negeri, tersertifikasi secara nasional bahkan internasional. Sertifikasi tersebut sebagai bukti jika lulusan memiliki kompetensi dalam bidang tertentu.
- Adanya penekanan/ kurikulum untuk menguasai Bahasa Asing. Bahasa menjadi sarana agar bisa bergaul secara nasional sekaligus internasional. Melalui kemampuan berbahasa asing, lulusan dapat bersaing dengan competitor dari negara lain atau pun saat mencari kerja di negara lain.
- Memiliki standard etis dalam kurikulum. Salah satu yang menjadi factor suksesnya lulusan bukan hanya keahlian berkarya dan pengetahuan juga ditunjang oleh standar etika terhadap mahasiswanya. Kampus yang menekankan etika dalam pendidikannya akan menghasilkan lulusan yang memiliki sikap dan perilaku yang baik, motivasi yang tinggi, serta semangat belajar tanpa lelah. Hal ini dapat dicermati dari struktur mata kuliah atau institution culture.
- Penempatan Kerja. Tidak kalah penting dari 6 point di atas adalah bahwa kampus yang kita pilih harus memiliki program penempatan kerja. Sudah sangat mafhum, bahwa banyak sarjana atau lulusan perguruan tinggi yang menganggur atau dengan istilah pengangguran terdidik. Bukan hanya ratusan, tapi sampai jutaan pengangguran terdidik karena menganggur setelah lulus kuliah. Apakah anda mau termasuk ke dalam jutaan pengangguran terdidik tersebut? Tentu tidak mau kan? Pengangguran terdiri disebabkan oleh banyak hal; bisa karena lulusan tidak memiliki keahlian yang jelas atau cenderung sangat teoritis dibandingkan dengan kebutuhan dunia kerja, penguasaan Bahasa asing yang kurang, akses terhadap dunia kerja yang kurang karena kampus tidak menyediakan link perusahaan juga karena kampus tidak memiliki program penempatan kerja.
- Program Studi terakreditasi. Salah satu pengakuan masyarakat terhadap perguruan tinggi yang memiliki kredibilitas adalah akreditas. Kampus bukan hanya diakui oleh Badan Akreditasi (BAN-PT) namun juga terakreditasi dengan nilai A, B, atau C.
- Berpengalaman di dunia pendidikan. Kurikulum berbasis KKNI, struktur kurikulum yang menekankan bukan hanya relasi yang luas, jaringan alumni tersebar, dan penempatan kerja merupakan indicator jika kampus memiliki pengalaman dalam mengelola institusi pendidikan. Dengan pengalaman tersebut, menjadi ciri jika perguruan tinggi tersebut dipercaya telah meluluskan mahasiswanya dengan baik serta terserap di dunia kerja.
- Penghargaan. Salah satu ciri lagi sebagai perguruan tinggi yang excellent adalah menerima perhargaan bergengsi misalnya penghargaan sebagai kampus berbasis IT seperti diberikan oleh Telkom melalui Tesca Award atau Technology Smart Campus Award, TOP Brand, atau mungkin MURI Award.***[]
sepertinya ini tulisan baru, mearik pak. bagaimana dengan KPI ? hahahaha
ReplyDeleteSemua PT sekarang sudah harus mengacu ke KKNI, termasuk juga KPI. Bukan hanya kemampuan teoritis, juga kemampuan praktikal
DeleteMantap :D
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete