Sumpah, Saya Mah (Bukan) Blogger!
Saat rame-rame para blogger
mengotak-kotakan diri dengan blogger ranginang, blogger apalah-apalah, atau ada
yang merasa menjadi blogger senior atau langitan. Saya justeru bingung, bener
gak sih kalo saya ini seorang blogger? Atau saya hanya seorang pembelajar saja
yang tertarik dengan dunia tulis menulis yang sampai kapanpun tidak akan pernah
menjadi penulis karena belum lahir karya satupun yang diterbitkan oleh imprint
mayor.
Kang Arul sendiri dalam blognya http://dosengalau.com membuat kategori blogger
sebagai berikut: (1) Blogger Profesional part-time, (2) blogger profesional
penuh, (3) blogger hobby, (4) blogger corporate (5) bloger entrepreneur.
Apakah saya masuk tipe pertama? Saya
merasa tidak masuk, karena ngeblog tidak saya jadikan untuk mendapatkan
penghasilan sampingan secara tetap, jika pun ada rezeki dari blog, itu hanya
faktor dampak saja dari berjejaring yang mengedepankan faktor pertemanan. Tidak
setiap bulan mendapatkan dari hasil ngeblog.
Apakah saya tipe kedua? Tentu saja
tidak, karena sampai hari ini saya belum berani memutuskan untuk menjadi
blogger sungguhan.
Apakah saya tipe ketiga? Rasanya tidak
juga, ngeblog belum menjadi hobi, hanya ketika semua ekspresi bisa tertumpahkan
dalam bentuk tulisan, ada perasaan lega dan puas bisa menyusun untaian kata
walaupun tidak tersusun secara rapi dan sistematis.
Apakah saya tipe keempat? Apalagi!
saya tidak sedang terikat secara kontrak dengan perusahaan manapun untuk
memublikasikan event atau visi misi dari perusahaan. Jika pun dalam blog ada hasil
reportase dari perusahaan tertentu, hanya event yang sifatnya tidak terikat.
Daaan apakah saya termasuk tipe
blogger entrepreneur? Hmmm saya tidak menjual apapun di blog saya.
Jadi saya tipe blogger yang mana?
Entahlah, mungkin hanya orang lain yang bisa menilainya :D.
Merujuk pada pendapat salah satu
blogger di Amerika, Julian Pain, blogging pada dasarnya ekspresi bebas dari
blogger yang berasal dari rakyat untuk rakyat. Ekspresi independen ini artinya
bahwa apa yang ditulisnya bukanlah pesanan atau atas tekanan dari siapapun.
Atau seperti disebut oleh Dan Gillmor, sang pelopor Blogger Amerika sebagai Jurnalisme akar rumput. Jika
media mainstream berada di bawah bayang-bayang pemodal, pemilik, atau atasan,
maka seorang blogger yang menulis secara independen tidak terikat oleh mereka.
Berbeda dengan Julian Pain, Aaron
Barlow menganggap bahwa blogger adalah orang-orang yang memanfaatkan ruang
publik internet dengan cara berwacana, diskusi, dan mencari solusi-solusi dari
persoalan hidup masyarakat. Nah pertanyaannya, apakah saya sudah melakukan ini?
Tidak juga, belum pada taraf sejauh itu. Karena tidak ada dinamika diskusi dan
mencari solusi selama saya menulis di dalam blog.
Sangat sulit
menemukan model blogger perjuangan, saya pun bukan tipe ini, sangat jauh
dari karakteri pejuang. Menempatkan tulisan di blog hanya memarkirkan
tulisan-tulisan yang tidak dimuat atau dimuat di media tertentu agar awet dan
terarsipkan. Walaupun kemudian, tidak sedikit arsip tulisan yang berasal dari
reportase kegiatan atau pengalaman sehari-hari.
Karena saat tulisan ini menemukan
jejaring, mau tidak mau jajaring itu harus disambut dengan empati, sehingga
tulisan dalam blog pun menjadi lebih beragam. Apalagi jika berdampak secara
material, menjadi nilai tambah dari perluasan jejaring tulisan itu. Jujur, pada
akhirnya nilai tambah itu menjadi salah satu faktor penyemangat ketika berjejaring
sehingga jejaring pertemanan menjadi produktif. Menulispun tidak melulu soal
yang serius pada akhirnya tetapi juga hal-hal yang sifatnya merefresh otak,
seperti pengalaman jalan-jalan dan lain sebagainya.
Apakah dengan begitu saya sudah
menjadi blogger?
Hmmm jika blog itu pada awal kelahirannya sebagai catatan harian
online, sementara seorang blogger adalah seorang yang mencatat kesehariannya,
faktanya tidak semua pengalaman-pengalaman bernilai dalam hidup diceritakan
dalam blog. Bahkan ada juga yang hanya copypaste saja untuk mengisi
halaman-halamannya dalam blog.
Ada blogger yang hanya menulis
dari hasil undangan-undangan saja. Ada blogger yang menulis berdasarkan pesanan
saja. Ada blogger yang menulis berdasarkan pada hobbi tertentu saja. Ada juga
blogger yang mengangkat pemikiran-pemikiran yang rumit yang tidak pernah ada
rujukan fakta terkininya.
Oleh karena itu, sampai hari ini
saya masih belum bisa mengatakan jika saya seorang blogger. Lebih tepat dikatakan
jika “saya hanya manusia setengah blogger”, setengah blogger setengah bukan.
Bukan berarti tidak percaya diri berada di lingkungan blogger, jujur bangga
bisa berjejaring lintas profesi, angkatan, iman, atau lintas geografis. Hanya
saja sebagai sebuah konsep, blogger memiliki kriteria ideal sehingga seseoran
tidak akan betul-betul menjadi seorang blogger, ia hanya sedang menjalani
proses menuju manusia blogger.
Teringat Ahmad Wahib, Wartawan
Tempo tahun 70-an, meminjam istilahnya, saya merasa cukup pantas mengatakan
jika saya bukan blogger tapi saya sedang memproses diri menjadi blogger.
Sedang memroses menuju wujud blogger yang
tidak akan pernah sampai, sampai kapanpun. Sumpah saya (bukan) Blogger!
Sehingga saya tidak bisa mengategorikan diri saya sebagai blogger ranginang,
langitan, senior, pemburu goodybag, mata duitan, blogger apalah-apalah atau
blogger pejuang.
Huaaaaaaa serius aamat! :D :D
hi,hi kalau sya apaan atuh nulis juga kalau lagi suka, kalau gak ya gak nulis, apa saya blogger abal-abal ya
ReplyDeleteYa begitulah, saya juga bingung hehehe, nulisnya suka-suka
DeleteSumpah, saya mah juga cuma blogger
ReplyDeletesumpah saya mah uma nulis di blog :)
DeleteSaya blogger galau
ReplyDeleteSaya mah blogger abah kang :D
DeleteRibet amat ah :v
ReplyDeleteJangan diribetin dooong :D
DeleteSebenarnya saya ini siapa???
ReplyDeleteNah Om Irwin nanya sendiri aja gak tau, apalagi saya hehehe :D
DeleteTeteuuuup, saya mah blogger, Abah.
ReplyDeleteIya dong pastinya mbak Donna, tulisan ini buat ngeramein aja hehe, sekaligus introspeksi buat diri sendiri :D
DeleteSaya mah blogger random mhahahaha
ReplyDeletehahaha blogger blinkblink ya...
DeleteSaya mah blogger random mhahahaha
ReplyDeleteLha postingan cm seuprit, mana berani bilang kalau saya blogger? Hihi
ReplyDeleteTambahin gambar mbak yang banyak biar edun visualnya, jadilah banyak isinya :D
Deletesaya blogger apa yah ?
ReplyDeleteberarti blogger apayah apayah hehehe
DeleteAhh..saya mah Blogger Emak2 Unyu2 aah :v
ReplyDeleteTeteh mah udah jelas, Emak-emak blogger yang cute hehehe
Deletekalau gt saya cma blogger abal abal
ReplyDeleteJangaaan, jangan jadi blogger abal-abal, nanti kayak kampus abal-abal dong jadi terkenal hehe
DeleteSaya apalagi....blogger apayah...
ReplyDeleteada dong namanya, kan ada kategori blogger apayah apayah hehehe
DeleteAku blogger apa yah. Pokoknya blogger yang punya blog :D
ReplyDeleteNah, bener pokoknya punya blog dan nulis disitu ya, mau bilang rangginang kek, langitan ke, senior ke, bodo amat ya yang penting nulis
Deletehehe kalo saya cuma ibu-ibu yg belajar nulis di blog
ReplyDeleteAlhamdulillah jadi ibu yang produktif teh Lia
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKagak ngerti isi tulisanmu, bang. Hahahahha... Nulis mah nulis aja sesuai passion,medianya blog, penggunanua disebut blogger. Aapakah nanti kemudian dpt job dri situ, masalah nanti. Happy Blogging ya!
ReplyDeleteGak usah dipikirin dak kagak ngerti mah nanti pusing hahaha,
Deletesaya mah cuma orang yang suka iseng nulis di blog :P
ReplyDeletebtw,salam kenal yaa bah!
Salam kenal juga mbak Ndiievania
Deletesaya ga penah ngerasa blogger, tapi sering diajakin ikut acara blogger :D
ReplyDeletelah kok sama perasaannya ya Kang Syam :D
DeleteKalau Babang mungkin termasuk
ReplyDeleteBlogger ababil, kadang rajin nulis kadang malasnya nauzubillah min zalik 😂