Revolusi Komunikasi Jejaring Sosial
Sejak
dilahirkan, manusia hidup bersama pesan-pesan komunikasi, mulai dari orang tua,
saudara, kerabat serta lingkungannya. Seperti pernah diungkapkan Jalaluddin
Rakhmat, Pakar Psikologi Komunikasi, bahwa jika seorang bayi tidak mendapatkan
sentuhan ibunya keniscayaan cepatnya meninggal akan cepat. Sentuhan merupakan komunikasi
dalam bentuk nonverbal, sentuhan orang tua akan membuat nyaman sang bayi dan
sebaliknya tanpa sentuhan sang bayai akan mengalami depresi yang membuatnya
stress dan cepat meninggal. Begitu dahsyatnya komunikasi sehingga survival hidup
manusiapun dapat diprediksikan.
Kekuatan
komunikasi juga dapat membuat manusia, apakah hidupnya sukses atau tidak,
bahagia atau tidak. Oleh karena itulah, Islam menganjurkan agar manusia selalu
berkomunikasi dengan semua elemen hidup dari mulai Sang Khalik, sesama manusia
ataupun dengan lingkungan sekitarnya yang diistilahkan dengan Habluminallah,
habluminannas dan Habluminal’alam. Labih jauh konsep komunikasi ini
direalisasikan dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad dengan konsep Silaturahmi.
Konsep
silaturahmi telah muncul sejak masa Nabi Muhammad SAW. Melalui silaturahmi
tersebut, nabi menjamin beberapa keuntungan yaitu menyangkut masalah rezeki
serta panjang umur (akan diingat orang yang ditemui). Seperti tertera dalam
sebuah hadits,”Barangsiapa yang senang untuk
dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka
hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” Konsep
silaturahmi konvensional menghubungkan antara satu orang dengan orang lain
secara dyad. Dari hubungan antar dua
orang, terhubungkan pula terhadap orang yang dikenalnya, terus sambung
menyambung sehingga membentuk sebuah jejaring.
Hampir
15 Abad setelah konsep jejaring sosial konvensional yang dapat mengubah hidup
manusia, konsep jejaring menemukan kembali ruhnya secara komprehensif melalui
teknologi komunikasi dan informasi terlebih setelah teknologi internet menjadi
sangat popular. Di awali oleh media jejaring sosial friendster yang cukup popular di tahun 2003-2006-an kemudian muncul
facebook yang secara perlahan membunuhnya. Di samping kedua media sosial
tersebut masih banyak media sosial lainnya seperti skype, plurk, twitter. Di
Indonesia sendiri muncul koprol dan media sosial yang mendapatkan beberapa
penghargaan, yaitu Kompasiana. Media sosial yang dibangun dan dikembangkan oleh
Grup Kompas Gramedia. Kompasiana mendapatkan penghargaan di tingkat nasional
serta internasional. Berbeda dengan para pendahulunya, kompasiana tidak sekadar
melakukan koneksi atau hiperkoneksi dengan orang-orang, ia juga menekankan terhadap
sharing ide antar anggota jejaring.
Melalui
media Kompasiana, tidak sedikit melahirkan banyak penulis. Melalui media jejaring sosial ini pula lahir
berbagai ide tentang berbagai permasalahan nasional dan internasional; global warming, bantuan sosial bencana,
kepedulian terhadap masyarakat kecil, isu kepahlawanan, bahkan dapat
menggulingkan kepemimpinan otoriter seperti yang terjadi di Mesir dan semua itu
dibangun melalui komunikasi jejaring sosial dunia maya.
KOMUNIKASI JEJARING KONVENSIONAL
Buku
Connected yang ada di hadapan pembaca
merupakan hasil penelitian tentang komunikasi Jejaring di Amerika Serikat oleh
dua orang ahli, Nicholas A. Christakis,
M.D., Ph.D, ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Harvard dan ahli
politik, di samping juga menjadi peneliti pada Center for Wireless and Population Healts System, James H.
Fowler, Ph.D dari Universitas California.
Nicholas
dan James melakukan wawancara terhadap tiga ribu lebih warga Amerika Serikat.
Menurut hasil penelitiannya tersebut, secara konvensional sebanyak 12 persen
orang Amerika tidak memiliki teman untuk diajak bicara hal-hal yang penting
karena tidak memiliki teman dan hanya 5 persen yang memiliki 8 teman dan
diantaranya dapat diajak bicara.
Pada
bab-bab awal buku, Nicholas dan James, meneliti Komunikasi Jejaring yang
ter[di]bangun secara konvensional dalam realitas masyarakat nyata. Ia juga
menguraikan hasil penelitian terdahulu akan pengaruh pesan jejaring yang hidup
dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat yang berpengaruh terhadap teman dan
temannya teman dalam suatu jejaring.
Ia
menguraikan contoh jejaring yang sangat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya
bentuk barisan orang yang tidak terhubung sama sekali, ia ibarat kerumunan
orang yang dengan bebas berhubungan dengan siapa saja. Terdapat pula Barisan Ember yang sedang berupaya
memadamkan kebakaran. Jaringan ember tersebut berjejer dari satu orang kepada
yang lain, menghubungkan lokasi air dan lokasi kebakaran. Masing-masing anggota
jejaring memiliki dua pasangan teman. Barisan ember yang memadamkan kebakaran
merupakan jejaring sosial yang sangat
sederhana [hal. 10].
Jejaring
sosial lainnya yang terbentuk secara sederhana adalah model Pohon Telepon. Jika seseorang memerlukan
hubungan dengan seratus orang dengan segera, sebelum adanya alat komunikasi
modern dan internet tugas tersebut adalah tantangan karena tidak ada sarana
public informasi yang dapat diakses dari rumahnya masing-masing. Telepon memang
mempermudah tugas, tetapi berapa waktu yang dibutuhkan untuk menghubungi satu
persatu dari seratus orang tersebut. Namun terdapat cara dengan membuat daftar
untuk melakukan telepon berantai, orang yang dihubungi pertama kali agar
melakukan hubungan dengan yang lain. Orang pertama menghubungi dua orang, dan
kedua orang tersebut juga menelepon dua orang lainnya sehingga beban kerja
dibagi rata terhadap yang lainnya.
Jejaring
sosial terakhir yang terbentuk secara sederhana adalah jejaring yang terbentuk
dalam kelompok militer (kompi). Dalam kompi beranggotakan seratus prajurit,
tiap anggota regu mengenal sangat akrab semua rekan seregunya; dan tiap orang
mempunyai Sembilan ikatan. Namun tiap regu tersebut tidak saling terhubung
dengan regu lainnya. Jejaring ini membentuk masing-masing komunitas jejaring.
Suatu komunitas jejaring bisa didefinisikan sebagai kelompok orang yang
terhubung jauh lebih erat dengan sesama anggotanya daripada dengan kelompok
orang-orang yang saling terhubung dalam bagian jejaring lainnya. Komunitas
dibatasi oleh hubungan structural.
Maka
pada dasarnya, suatu jejaring sosial adalah kumpulan orang terorganisasi yang
memiliki dua unsur: orang dan hubungan antar orang. Tetapi, tidak seperti
barisan ember, pohon telepon dan satuan militer, organisasi jejaring sosial
alami biasanya tidak ditentukan dari atas atau terstruktur. Jejaring sosial
yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari berevolusi secara organic dari
kecenderungan alami tiap orang untuk mencari banyak atau sedikit teman,
berkeluarga besar atau kecil, bekerja di tempat yang ramai atau sepi. [hal.15]
Jika dicontohkan dengan keanggotaan suatu asrama yang terdiri dari 105
mahasiswa, maka diantara 105 mahasiswa tersebut bisa jadi terhubung kepada enam
teman dekat dan enam teman yang hanya kenal, namun bisa juga hanya terhubung
kepada satu orang teman dekat saja. Semua bisa acak dan tidak tentu.
ATURAN HIDUP DALAM JEJARING SOSIAL
Aspek
mendasar yang terdapat dalam kehidupan jejaring adalah terdapatnya hubungan, siapa terhubung kepada siapa
dan adanya penularan, siapa
menularkan apa kepada siapa. Sementara itu, hidup dalam jejaring sosial
memiliki aturan; Pertama, kita
membentuk Jejaring kita. Manusia sengaja membuat dan merombak jejaring
sosialnya sepanjang waktu seperti dalam kasus homofili, kaum homofili memiliki kecenderungan sadar maupun tak sadar
untuk berdekatan dengan orang-orang yang menyerupainya. Kedua, Jejaring kita membentuk kita. Tempat kita dalam jejaring
juga membentuk kita. Orang yang tak punya teman akan punya kehidupan yang amat
berbeda dengan orang yang punya banyak teman. Ketiga, Teman mempengaruhi kita. Yang terpenting bukan bentuk
jejaring di sekeliling kita, namun juga apa yang mengalir melintasi
sambungan-sambungannya. Satu penentu penting aliran adalah kecenderungan
manusia untuk saling mempengaruhi dan saling meniru. Keempat, Temannya teman mempengaruhi kita. Dalam permainan ‘bisikan
berantai’, suatu pesan dioper sepanjang rangkaian oleh anak-anak yang saling
membisiki. Pesan yang dibawa mengandung segala kesalahan yang akhirnya ditiru
oleh anak lain yang mendapat operan pesan. Dalam kenyataan hidup, tidak hanya
teman yang mempengaruhi kita, namun juga temannya teman, juga keluarganya
teman. Jika seseorang punya sesuatu dan ada kontak dengan orang lain, kontak
itu cukup untuk dapat membuat orang keduanya mempunyainya juga. Namun tentu
berbeda dengan penyebaran norma dan perilaku yang memerlukan proses yang lebih
rumit dengan melibatkan penguatan oleh banyak kontak sosial, sehingga jejaring
sederhana seperti barisan ember tidak mendukung terhadap penyebaran perilaku
dan norma.[hal. 27]
Kelima,
Jejaring punya kehidupannya sendiri. Jejaring sosial memiliki sifat dan fungsi
yang tak dapat dikontrol maupun disadari oleh orang-orang di dalamnya.
Sifat-sifat tersebut hanya dapat dipahami dengan mempelajari keseluruhan
kelompok dan strukturnya, bukan dengan mempelajari individu-individu secara
tersendiri. Jika dicontohkan dengan kemacetan lalu lintas, kita tidak bisa
memahami kemacetan tersebut dari satu individu yang sedang kesal di balik
kemudinya. Atau jika kita cermati sekawanan burung dan ikan yang bergerak
serentak menunjukan perkara yang sama: tidak ada kendali pusat atas pergerakan
kelompok, tapi kelompok itu menunjukan semacam kecerdasan kolektif yang
membantu semua anggotanya menghindari atau mengusir pemangsa. Perilaku tersebut
tidak bersifat individual, melainkan bersifat kelompok. Penelitian terhadap
kawanan burung yang memutuskan kemana harus terbang mengungkap bahwa mereka
bergerak berdasarkan tujuan semua burung dalam kawanan.
Dengan
demikian, jejaring sosial memiliki sifat emergen, yaitu sifat-sifat baru suatu
keseluruhan yang timbul dari interaksi dan saling hubung antar
bagian-bagiannya.
PENGARUH JEJARING SOSIAL
Sebagian
besar diantara kita sudah sadar akan efek langsung seseorang kepada teman dan
anggota keluarganya; tindakan seseorang bisa membuat mereka senang atau sedih,
sehat atau sakit, bahkan kaya atau miskin. Tapi kita jarang berfikir bahwa
segala yang kita pikirkan, rasakan, lakukan, atau katakan bisa menyebar jauh
melampaui orang-orang yang kita kenal. Dalam semacam reaksi berantai sosial,
kita bisa dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang tidak kita saksikan yang
terjadi kepada orang-orang yang tidak kita kenal. Seolah kita bisa merasakan denyut dunia sosial di
sekeliling kita dan menanggapi iramanya
yang tak henti-henti.
Jejaring
sosial dapat membantu melampaui apa yang tidak dapat kita capai sendirian.
Dengan demikian, jejaring sosial ibarat hutan milik bersama, kita semua
mendapat manfaat darinya, tapi kita juga harus bekerja bersama untuk menjamin
dia tetap sehat dan produktif. Artinya jejaring sosial perlu diurus oleh
individu, oleh kelompok dan oleh lembaga.
Berkaitan
dengan pengaruh tersebut, pada Bab 2, 3, dan Bab 4, Nicholas dan James menguraikan
hasil penelitian terhadap jejaring konvensional, bagaimana pengaruh dapat
menyebar secara berantai melalui jejaring sosial, seperti dalam wabah tertawa
(hysteria epidemik) yang terjadi di sebuah sekolah di Amerika, bertemunya
sepasang suami isteri yang dihubungkan melalui jejaring, atau penyakit menular
seksual ‘tiba-tiba’ muncul di sekolah elit dan bersih. Dalam kasus Mass Psikogenik illness yang pernah
terjadi di Amerika memberi kesan bahwa emosi bisa menyebar jauh dan luas,
mengalir melalui ikatan-ikatan jejaring sosial dari orang ke orang dan ke orang
lagi. Melalui jejaring sosial, kebahagiaan bisa menular, namun juga jenis
penderitaan dapat menular melalui media jejaring.
Media
jejaring, tidak hanya dapat menularkan emosi, baik secara positif ataupun
negatif, namun juga dapat menghubungkan temannya teman dalam suatu hubungan
yang akrab dan intim. Nicholas dan James menguraikan hasil penelitian lama di
Amerika Serikat terhadap 3432 orang, tahun 1992, bahwa pasangan suami isteri,
atau pasangan seksual terhubung sebanyak 68 persen karena dikenalkan oleh
seorang teman, sedangkan sebanyak 32 persennya berkenalan secara langsung.
Sementara di China, pada tahun 1987, sebanyak 78 persen pasangan menikah
berdasarkan jaringan kemiripan dan jaringan teman sebanya. [hal. 77]
Pada
Bab Lima, Nicholas dan James, mulai memasuki komunikasi jejaring online. Menurutnya bahwa melalui media
jejaring online setiap orang dapat
mendulang dollar atau bahkan sebaliknya. Dari jejaring sosial inilah uang
berawal. Dalam bab ini, kedua peneliti menguraikan bagaimana krisis keuangan
Amerika Serikat pada tahun 2007 itu
muncul. Walaupun pemerintah menjamin keamanan keuangan rakyatnya melalui siaran
televisi, tetapi tidak menyurutkan para nasabah di suatu bank untuk menarik
tabungan atau depositonya pada bank tersebut. Hal itu karena pengaruh
komunikasi dalam jejaring sosial yang terbentuk secara alamiah. Kontak orang ke
orang mempengaruhi banyak orang yang awalnya mengabaikan menjadi terpengaruhi.
Kegelisahan yang menyebar itu sama
dengan kegelisahan yang menyebar pada penyakit psikogenik massal (Mass
psikogenik illness, MPI) [hal.165].
Kepanikan tidak hanya terjadi pada satu perusahaan bank saja, namun juga
menyebar terhadap perusahaan lain. Tak lama setelah kejatuhan bank tersebut
yang tidak dipercaya oleh nasabahnya, harga sahamnya pun jatuh. Berita ini
menjadi ketakutan umum di seluruh Amerika Serikat dan pada tahun 2008, wabah
krisis menyebar ke pasar-pasar internasional yang menyebabkan krisis global.
Meltdown
tahun 2008 menunjukan betapa gampangnya panik menyebar dalam jejaring keuangan.
Jika satu perusahaan besar ambruk, perusahaan lain yang terhubung dengannya
juga menanggung resiko. Selagi kerugian berlanjut, terjadilah perlambatan
dramatis ekonomi global, ribuan orang kehilangan rumah, jutaan orang kehilangan
pekerjaan.
KOMUNIKASI JEJARING SOSIAL DUNIA
MAYA
Kehadiran
teknologi informasi membuat pesan komunikasi menjadi mudah untuk sampai kepada
orang secara cepat dan egaliter. Jika dalam komunikasi jejaring konvensional,
setiap orang terhubungkan dari teman ke teman dengan kualitas hubungan yang berbeda,
dari hanya sekedar tahu dan kenal, dekat, menjadi teman, sahabat hingga membina
hubungan intim. Dihitung dari aspek waktu, untuk membina pertemanan secara
berkualitas di dunia nyata memakan waktu yang lama. Seperti yang digambarkan
dalam jaringan ember berbaris dalam kasus kebakaran, atau jaringan di sebuah
asrama mahasiswa. Melalui Komunikasi Jejaring Sosial dunia maya, seseorang
dapat menjalin hubungan pertemanan secara langsung dan berkualitas dengan
seseorang yang kita inginkan. Melalui dunia maya seseorang dapat menjadi pusat
informasi, dan semua orang dapat terhubung secara langsung.
Hal
inilah yang dibangun oleh Tim Obama saat kampanye dan penggalangan dana. Obama
langsung berhubungan dengan pendukungnya baik yang berasal dari kalangan atas
ataupun kalangan bawah. Ia tidak hanya menyapa calon pendukungnya, namun juga
menggalang dana hingga jumlah terkecil dari pendukungnya secara langsung.
“Saya
tidak pernah menjadi calon yang paling berpeluang untuk jabatan ini sejak awal.
Kampanye kami…dibangun dibangun oleh para pekerja yang merogoh uang tabungan
mereka yang tak seberapa, dan menyumbang lima atau sepuluh atau duapuluh dolar
demi perjuangan,” uangkap Obama saat pidato kemenangannya tanggal 4 Desember
2008 [hal.207]. Diakhir masa kampanyenya, dana yang berhasil disumbangkan oleh
tim Obama menjapai 600 juga dollar Amerika. Kemenangan Obama karena para
‘pekerja’ atau pemilih merasa terhubungkan. Kampanye Obama adalah tonggak
revolusioner dalam kampanye tidak hanya menggunakan media web namun juga dengan
menggunakan Media Sosial dan Komunikasi Jejaring yang menghubungkan langsung
kepada pemilih. Padahal Obama dan timnya mengakui bahwa ia tidak memiliki basis
masa yang sudah ada terlebih dahulu, hanya saja ia menyadari pentingnya
internet.
Untuk
menjaring dan berhubungan langsung dengan calon pemilih, tim Obama menggaet
salah satu pendiri facebook, Chris
Hughes, untuk kampanye online-nya
dengan mendirikan situs jejaring sosial My.BarackObama. Tim kampanye online-nya mampu mengumpulkan akun calon
pemilih dengan capaian 1,5 juta orang pada situs jejaring Sosial My.BarackObama.
Melalui situs jejaring ini pengguna dapat membahas kandidat, menyumbangkan
uang, dan yang terpenting, mengorganisasi kegiatan sosial di dunia nyata. Para
pendukung online bahkan membentuk grup sebanyak 35.000 grup berdasarkan
kedekatan geografis, afiliasi dengan isu tertentu, dan kesamaan minat budaya
pop.
Menurut
American Life Project, semua kegiatan itu berpengaruh. Para pendukung Obama
lebih giat daripada pendukung Hillary Clinton dalam memobilisasi teman dan
anggota keluarga dengan mendatangi petisi online
dan mengirimkan komentar politik lewat email, sms, ataupun jejaring sosialnya sendiri.
Merujuk
pada konteks pengaruh, pesan komunikasi melalui jejaring sosial, sebanyak 1,5
juta akun yang mendukung Obama tersebut dapat mempengaruhi teman dan temannya
teman dalam dunia nyata. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Nicholas dan
James terhadap perilaku politik melalui pengaruh media sosial tersebut, satu
orang pendukung Obama yang memiliki akun dalam MyBarackObama dapat mempengaruhi
satu orang, dua orang, tiga orang, atau empat orang dalam dunia nyata baik
teman satu lingkungan ataupun teman satu ideology dan sepemikiran. Hasil
penelitiannya sangat mengejutkan karena satu akun dalam media jejaring sosial
bahkan bisa memicu rentetan tambahan suara hingga seratus, walaupun seseorang
tersebut hanya terhubung secara langsung hanya dengan empat orang.[hal.225]
Berdasarkan
hasil penelitian Nicholas dan James, aktivitas online pendukung Obama cukup
mencengangkan karena menunjukan kekuatan komunikasi melalui jejaring sosial
dunia maya. Melalui kampanya Youtube, sebanyak 14,5 juta orang telah
menontonnya, begitupun pidato Obama yang ditayangkan melalui Youtube telah
ditonton 6,7 juta orang. Semua ini memberi kesan bahwa perubahan teknologi
boleh jadi mengubah cara kita hidup
jejaring sosial dan berefek besar pada cara kita mengatur diri. Boleh
dibilang kita sedang hidup di dunia baru. Jejaring sosial kita makin cepat dan
besar selagi kita menggunakan sms, twitter, facebook, dan MySpace untuk
berhubungan dengan semua orang yang kita kenal. Dunia baru ini memberi gambaran
utuh atas jejaring sosial tempat kita hidup, membuat kita sadar akan
pentingnya terhubung.
MAHA TERHUBUNG
Melalui
jejaring sosial dunia maya, seorang aktivis tidak hanya terhubung satu derajat
atau dua derajat saja (dengan teman dan temannya teman) namun juga sampai empat
derajat (teman temannya temannya teman).
Situs
jejaring sosial pertama, SixDegrees.com, dimulai tahun 1997, walaupun banyak
menarik orang, namun gagal pada tahun 2000. Situs ini belum siap untuk terjun
lebih jauh ke dunia bisnis. Tahun 2002 muncul friendster.com, friendster
memungkina seseorang dapat melihat profil pribadi seseorang. Ketika friendster
sudah disukai banyak orang, system jaringannya tidak bisa memuat membludaknya
orang yang daftar ke friendster. Lalu muncul MySpace tahun 2003 yang
menghubungkan anggota band dengan para penggemarnya. Tahun 2004 muncul facebook
yang dapat menyaingi semua jejaring sosial dunia maya. Sejak tahun 2008,
pengguna facebook telah melampaui pengguna jejaring sosial lainnya. Memasuki tahun
2009, pengguna facebook mencapai 175 juta. Salah satu penyebab keberhasilan
facebook untuk menarik pengguna, salah satunya karena dapat membatasi akses
profil. Facebook hanya memperkenankan orang melihat teman langsung (satu
derajat) dan kadang temannya teman (dua derajat), fitur itu mengurangi tautan
orang-orang yang tidak saling dan membuat seolah-olah para penggunanya
bersangkut paut dengan jejarign sosial dunia nyata. [hal. 326]
Jejaring
sosial online saat ini menuntut kita memberi informasi eksplisit mengenai hubungan kita dengan orang lain dan
kegiatan sehari-hari kita, tetapi sebentar lagi jejaring tersebut akan menjadi
implisit. Sedang berkembang sistem-sistem baru yang secara otomatis
menghasilkan banyak data yang dikumpulkan secara pasif online dan memperkenankan
kita melacak teman-teman kita secara otomatis. Membludaknya penggunaan internet
dan jejaring sosial dunia maya telah mempertinggi kemampuan kita untuk
berhubungan dengan orang, membuat kita jadi maha terhubung (hyperconnected). Teknologi baru bisa
memberi kita rasa seberapa terhubung atau tak terhubungkah kita secara
langsung.
Komunikasi
sosial melalui dunia maya merupakan modifikasi radikal tipe-tipe interaksi
jaringan sosial yang sudah ada di dalamnya dalam empat cara, yaitu:
1. Enormitas (enormity),
yaitu peningkatan bersar pada skala jejaring kita dan jumlah orang yang bisa
dijangkau untuk bergabung.
2. Komunalitas (Communality),
yaitu perluasan skala untuk berbagi informasi dan berkontribusi ke usaha
bersama.
3. Spesifikitas (specificity), yaitu
peningkatan besar pada kekhasan ikatan
yang bisa kita bentuk.
4. Virtualitas (Virtuality):
Kemampuan menggunakan identitas virtual.
Sebagai
hasil penelitian, baik lapangan (survey dan wawancara) ataupun pustaka,
menghasilkan ragam efek dari komunikasi jejaring sosial, baik secara positif
maupun negatif. Di samping itu, komunikasi jejaring yang diungkap dalam buku
ini, tidak hanya sebatas komunikasi jejaring konvensional dan dunia maya, namun
juga berbagai jenis jejaring termasuk jejaring genetic.
Melalui
penelitiannya tersebut, Nicholas dan James mengungkapkan, di lihat dari sisi
negatif pengaruh pesan dalam jejaring
sosial dunia maya, bahwa anak muda yang seringkali terjerumus ke dunia gelap.
Di Amerika, 80 % anak muda menggunakan internet dan dunia maya merupakan tempat
nongkrong paling asyik bagi mereka. Namun juga melalui dunia maya, hampir 89 %
para dermawan melakukan kegiatan derma melalui dunia maya.
PENUTUP
Bagi
Nicholas dan James, yang terpenting dari Komunikasi sosial dunia maya adalah
adanya proyek akbar pada abad kedua puluh satu, bagaimana melakukan penyadaran
terhadap dirinya yang mengganjarinya kebahagiaan menemukan jati diri dan
kesadaran bahwa agar dapat benar-benar mengenal diri kita sendiri, bagaimana
dan untuk apa kita semua terhubung.
Melalui
buku ini kita dapat memetik banyak pelajaran berharga, manfaat dari
hiperkoneksi atau konsep silaturahmi yang ada dalam Islam. Sementara dilihat
dari sisi pengaruh teknologi menjadi rekomendasi langsung untuk lembaga atau
perseorangan, untuk melakukan penelitian secara mendalam bagaimana pengaruh
secara komprehensif dari Jejaring sosial dunia maya pada masyarakat Indonesia
dalam membentuk jati dirinya.
Sebagai
hasil penelitian buku ini dikemas dalam bentuk yang popular, baik sampul, jenis
huruf termasuk tata bahasa dan redaksi katanya sehingga tidak terasa berat dan
kaku.
INFO BUKU
Judul
Buku: CONNECTED, Dahsyatnya Kekuatan Jejaring Sosial Mengubah Hidup Kita
Penulis
: Nicholas A. Christakis, M.D., Ph.D & James H. Flower, Ph.D
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tebal:
xiv + 394 halaman
Post a Comment for " Revolusi Komunikasi Jejaring Sosial"
Terima kasih telah berkunjung, tunggu kunjungan balik saya ya...