Islam Memang Radikal Kok
Hal yang bisa difahami juga bahwa tulisan ini tidak berbicara atau mempertentangkan Islam dan penganutnya atau Islam dalam konsep dengan Islam dalam realitas seperti dalam tulisan saya [Membenturkan Islam]. Tulisan ini murni berbicara konsep Islam yang telah melakukan perkawinan dengan realitas pada saat ia turun.
Tulisan ini pun sama sekali bukan ditujukan kepada orang-orang Islam yang telah melakukan kezaliman terhadap umat manusia lainnya dengan melakukan bom bunuh diri yang sekaligus membunuh yang lainnya. Bukan pula untuk menyindir-nyindir FPI yang anarkistis Tapi hanya sebatas refleksi saya terhadap keislaman yang saya fahami.
Kenapa saya bilang Islam itu Radikal?
Berbicara Islam, banyak pengertian yang disuguhkan oleh para cendekiawan dan ilmuwan Islam terutama dilihat secara kebahasaan mulai berserah diri, selamat, dan tunduk, patuh, pasrah, damai. Cak Nur sendiri lebih menyukai pengertian Islam dalam makna yang universal bahwa ia tidak merujuk pada satu etnis atau makhluk saja, karena Islam diperuntuk untuk seluruh alam, konsep total berserah diri dalam Islam bisa mengenai siapa saja. Siapapun yang betul-betul keseluruhan hidupnya dipersembahkan untuk mengabdi kepada Tuhannya, ia lah muslim yang sebenar-benarnya.
Sementara Radikal sendiri bukan pemahaman yang selama ini kita pegang yaitu berkaitan dengan radikalisme, sama sekali tidak, karena Radikal yang memiliki akar kata radix memiliki pengertian mendasar, mengakar, dasar. Istilah ini bagi sebagian pembaca didapatkan ketika belajar filsafat bahwa sifat itu radikal yakni harus mengakar dan mendasar membongkar sampi sumsum dan mencerabut akarnya.
Berkaitan dengan bahwa Islam itu Radikal, saya memahami pertama kali dari Rukun Islam yang pertama yaitu Syahadat. Konsep Syahadat dirujukan kepada konteks umat ketika pada massa Rosul yang menjadikan benda-benda sebagai tuhan, ia bahkan menjadi Tuhan. Saat itu Nabi diutus untuk mendobrak bahkan menghancurkan pemahaman umatnya menyangkut masalah ketuhanannya. Bahwa Latta Uzza bukanlah Tuhan. Tidak ada tawar-menawar lagi jika menyangkut masalah Tauhid. Bahwa Tuhan sama sekali bukan benda material. Disinilah letak radikalnya Islam, langsung menohok ke dalam pemahaman yang mendasar dan mendalam.
Teringat ketika Nabi Ibrahim as mencari-cari Tuhannya, ia sangka matahari dan bulan adalah Tuhannya, namun saat mereka hilang Nabi Ibrahin as faham bahwa Tuhan tidak dapat difahami secara material dan kasat mata.
Begitupun saat kerabat Nabi marah terhadap Nabi Muhammad SAW seperti halnya Abu Sofyan, ia bukan berarti tidak menerima kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad, namun karena ajarannya mengancam posisinya sebagai penguasa kabah, sebagai sumber ekonomi bagi banyak keluarga dan kerabatnya. Di samping juga karena pengaruhnya atas penduduk Mekkah yang akan memudar jika menerima ajaran Nabi. Di sinilah letak Radikalnya Islam, ia tidak pandang bulu.
Di mata Islam tidak ada pejabat atau penguasa, semua harus tunduk patuh pada ketentuan Allah, karena yang membedakannya bukanlah sama sekali jabatannya namun sejauh mana ia berserah diri kepada-Nya. Hal ini direalisasikan dalam bentuk banyak Ibadah umat Islam, seperti ketika Sholat atau Ibadah Haji. Presiden sekalipun jika saatnya sujud sama bungkuknya dengan para karyawan atau penduduk miskin yang tidak pernah ia sentuh. Di mata Allah semua sama kecuali Takwanya.
Saat Penduduk Mekkah memandang bahwa kelahiran perempuan sebagai Aib, Islam tidak tanggung-tanggung mengangkat posisi perempuan melebihi posisi laki-laki, ia bahkan kemuliaannya 3 kali lipat dibandingkan laki-laki. Islam telah menjungkirbalikannya. Bukankah ini ciri bahwa Islam itu radikal.
Hal yang sama ketika kebiasaan laki-laki Arab Jahiliyah menjadikan wanita sebagai barang dan bisa memiliki isteri berapa saja, bisa 10 bahkan lebih, saat Islam datang kebiasaan ini langsung didobrak oleh Nabi, dan turunlah ayat yang membatasi seorang lelaki untuk memiliki Isteri. Dibatasi sampai empat saja, itupun jika bisa adil, artinya hanya diwajibkan satu jika pada akhirnya tidak bisa adil. Bukankah ini juga sikap radikal Islam terhadap realitas.
Konsep budak pun sebagai pekerja yang tidak dibayar dan tidak pernah dihormati hak-haknya, setelah kelahiran Islam mereka di angkat dan dimuliakan, sekali lagi karena Islam tidak pernah membeda-bedakan posisi dan jabatan, atau apakah ia seorang budak atau bukan, karena di mata Allah memiliki nilai sama.
Masih banyak sebetulnya yang menunjukan bahwa Islam itu agama yang Radikal, seperti dalam urusan toleransi, jika saja kaum muslim fanatic tahu bagaimana Nabi memperlakukan masyarakat non muslim yang ada di sekitarnya harus baik ketika mereka bisa bekerja sama tentu ini juga menjadi satu konsep yang dapat menampar mereka. Begitupun, Nabi melarang mendakwahi seseorang jika telah memiliki keyakinan yang ajeg.
Ada yang mau sharing bahwa agama Islam itu sebagai agama yang radikal? Mudah-mudahan bisa melengkapi banyak kekurangan di atas.
Semoga bermanfaat.
lalu bagaimana dengan islam yang sekarang, begitu banyak orang yang mengaku islam tapi sesat?...
ReplyDeleteterus ada pengalaman tmn sya yang ga ada dasar agama bgt.. trus ktika ia sedang mencari kbnaran atau memahami agama, dan ternyata ia jatuh dalam aliran sesat?
bagaimana ya hukumnya apakah teman saya sesat juga? padahal ia tidak tahu apa-apa terhadap yang ia pelajari.
nah siapakah di sini yang harus di salah kan
Pengetahuan yang dangkal, ketika menemukan agama yang dianggapnya benar, ia akan menjalankan secara kaku keagamaannya tersebut...
ReplyDelete